Lengan-lengan kasar lengan-lengan tak berbelas
o demikian lapar
mengunyah kerja demi kerja
Manusia bukan lagi manusia cuma selembar gelar
perabot tua, wahai pejuang cinta
Lengan-lengan kasar o kukuhnya dan betapa ganas
Mengapa bocah-bocah mesti terlantar demi jiwa beradab
Lengan-lengan kasar tangan-tangan kasar mulut
bicarapun juga
Adakah masih anak-anak manusia, anak-anak cinta
Sedang jemari kuat 'ngenggam hasrat layaknya kelarga
mimpi hanya, rumah dan makan dan hidup bersahaja
Lengan-lengan kasar o betapa akrab rasahati meraihnya
diirama liar lembab udara kegelisahan kerja
Dari: Kidung Keramahan
Prosa dan Puisi H.B.JASSIN Angkatan 45
Prosa dan puisi ini , Umumnya diambil dari sebuah buku yang berjudul H.B JASSIN Angkatan 45 Prosa dan Puisi 2 yang diterbitkan Gunung Agung-Jakarta MCMLXXXV semoga bermanfaat
Senin, 27 Februari 2012
PANTUN
Bagai mwar, mwar yang merah
dipetik puisi dikuntum pagi
Bagai puisi, puisi indah
dipetik hidup di pucuk belati
Bagai puisi, puisi indah
dipetik hidup di pucuk belati
Bagai bocah, bocah bemadah
lupadiri menyusur di lorong mati
Bagai bocah, bocah bermadah
lupadiri menyusur di lorong mati
Bagai diri, diri gelisah
lupa mati menulis puisi
dipetik puisi dikuntum pagi
Bagai puisi, puisi indah
dipetik hidup di pucuk belati
Bagai puisi, puisi indah
dipetik hidup di pucuk belati
Bagai bocah, bocah bemadah
lupadiri menyusur di lorong mati
Bagai bocah, bocah bermadah
lupadiri menyusur di lorong mati
Bagai diri, diri gelisah
lupa mati menulis puisi
Kidung Malam
Senja larut malampun kan segera lewat
Apa yang tersisa dari peredaran saat
Simpanlah lelah dan kesalmu sementara ini
Hangatkan diri dalam harap esok pagi
Karena ada yang mesti diucapkan demi kecintaan
Karena ada yang mesti dikidungan demi keyakninan
Istirah usai kerja ialah upah ketekunan
Suara tulus menghibur digelisah kehidupan
Bila perhitungan tiba sesalpun kan terlupa
Lantaran keikhlasan dan kesadaran bersahaja
Sekali lahir lepas dalam perjuangan
Digelap kebuntuanpun masih bersinar iman
Dan semua kan berartu bagi yang berani
Menempuh ketakutan masa paling sepi
Dengan mata terbuka dada pedat rasa
Sabar dan setia, tabah menghadapinya
Senja larut malampun segera lewat
Apa yang tersisa dari himbauan saat
Dilembut kidung malam yang ramah
Adalah kesyahduan bangkit dalam sumerah
Apa yang tersisa dari peredaran saat
Simpanlah lelah dan kesalmu sementara ini
Hangatkan diri dalam harap esok pagi
Karena ada yang mesti diucapkan demi kecintaan
Karena ada yang mesti dikidungan demi keyakninan
Istirah usai kerja ialah upah ketekunan
Suara tulus menghibur digelisah kehidupan
Bila perhitungan tiba sesalpun kan terlupa
Lantaran keikhlasan dan kesadaran bersahaja
Sekali lahir lepas dalam perjuangan
Digelap kebuntuanpun masih bersinar iman
Dan semua kan berartu bagi yang berani
Menempuh ketakutan masa paling sepi
Dengan mata terbuka dada pedat rasa
Sabar dan setia, tabah menghadapinya
Senja larut malampun segera lewat
Apa yang tersisa dari himbauan saat
Dilembut kidung malam yang ramah
Adalah kesyahduan bangkit dalam sumerah
Kidung Keramahan
Bocah, yang menari di bawah naung kelapasawitku
Kenapa tak mesti seruling
agar dedaun nampak kembang menyemarak dirimu
agar rerumput mematut getar pita-pita
Bocah, yang menari di sejuk nafas tamanku
Alangkah ramah ulah jeramimu halus
tertumpu atas kemurnian tulus
Dadamu emas menghampar terbuka
dengan jantung lembut berketik
seirama gerak tangan dan kaki-kaki alit
Bila angin menghembus semerbak wangi
syahdu penuh membelai tubuhmu
O kemurnian indah! Betapa padu di kehadiran
saat ketulusan memusat di titik mesra
Bocah, yang menari disejuk naung kelapasawitku
Kenapa tak mesti kutarik kidung bagimu
sebab kejujuran padamu, bebas
mengigal di rengkuhan alam
Sedang haru meraih daku
Meraih daku, Menyatu dengan ketulusanmu
Dari:Kidung Keramahan
Kenapa tak mesti seruling
agar dedaun nampak kembang menyemarak dirimu
agar rerumput mematut getar pita-pita
Bocah, yang menari di sejuk nafas tamanku
Alangkah ramah ulah jeramimu halus
tertumpu atas kemurnian tulus
Dadamu emas menghampar terbuka
dengan jantung lembut berketik
seirama gerak tangan dan kaki-kaki alit
Bila angin menghembus semerbak wangi
syahdu penuh membelai tubuhmu
O kemurnian indah! Betapa padu di kehadiran
saat ketulusan memusat di titik mesra
Bocah, yang menari disejuk naung kelapasawitku
Kenapa tak mesti kutarik kidung bagimu
sebab kejujuran padamu, bebas
mengigal di rengkuhan alam
Sedang haru meraih daku
Meraih daku, Menyatu dengan ketulusanmu
Dari:Kidung Keramahan
SENANDUNG NATAL
Nyanyi suci di malam hari
Mengalun setanggi sesela hati
Adik mengapa dikau sendiri
Bersama abang mari ziarah ke gereja suci
Sunyi hati di gelap hari
Serangga mati dinyala api
Kristus janganlag pergi sertai kami
dalam sepi jalan sendiri
dan bulan, kerinduan yang dalam
menikam nurani pengembara di perlawatan
Tuhan dipalungan betapapun kebesaran
Manusia nikmat tertidur di peristirahatan
Nyanyi suci dimalam hari
Mengalun hati diayun setanggi
Adik mari berlutut di sini
Tuhan hadir bagi insani
Sunyi suci digelap dini
Berayun hati digetar nyanyi
Dan adik mari bukakan diri
Kristus istirahatlah di hati kami
Kristus! Lindungilah dan berkati
Ajar kami berendahhati
Dan biarlah tanganmu suci
di dahi kami tersilang aman abadi
Mengalun setanggi sesela hati
Adik mengapa dikau sendiri
Bersama abang mari ziarah ke gereja suci
Sunyi hati di gelap hari
Serangga mati dinyala api
Kristus janganlag pergi sertai kami
dalam sepi jalan sendiri
dan bulan, kerinduan yang dalam
menikam nurani pengembara di perlawatan
Tuhan dipalungan betapapun kebesaran
Manusia nikmat tertidur di peristirahatan
Nyanyi suci dimalam hari
Mengalun hati diayun setanggi
Adik mari berlutut di sini
Tuhan hadir bagi insani
Sunyi suci digelap dini
Berayun hati digetar nyanyi
Dan adik mari bukakan diri
Kristus istirahatlah di hati kami
Kristus! Lindungilah dan berkati
Ajar kami berendahhati
Dan biarlah tanganmu suci
di dahi kami tersilang aman abadi
Angin Pagi
Dan angin pagipun balik kembali
mengusap-usap dada bumi
seperti kemarin, seperti kemarin
dalam kuap hangat ingin
Dan bocah-bocah berangkat ke sekolah
ke sekolah, bunda
langkah riah aneka irama
di sibuk jalanan semakin cerah
Duhai! Betapa kusuka, kusuka
daunan dan tunas-tunas terbuka
mengembang di kemesraan
mengembang didegup perjuangan
Dan bumi bangkit lagi bangkit kembali
Pertanda semua semakin berarti semakin bernilai
udara, langit dan mentari
suara, angin dan hati
Dan tangan-tangan dahsyat lagi keramat
penuh rahmat terkembag penuh rahmat
pada reranting serta daunan gugur
dipelukan bumi menggeliat subur
Duhai! Betapa kusuka, kusuka
yang tak abadi masih bersemi
demi cinta adalah pengurbanan diri
dalam percaya akan kebenaran setia
dan hati berseri gembira
gembira, bapa
jiwa terbasuh segar dan muda
disibuk semangat bernyala kerja
Dan angin pagipun balik kembali
mengusap ramah dada bumi
seperti kemarin, seperti kemarin
dalam harap hidup terjamin
mengusap-usap dada bumi
seperti kemarin, seperti kemarin
dalam kuap hangat ingin
Dan bocah-bocah berangkat ke sekolah
ke sekolah, bunda
langkah riah aneka irama
di sibuk jalanan semakin cerah
Duhai! Betapa kusuka, kusuka
daunan dan tunas-tunas terbuka
mengembang di kemesraan
mengembang didegup perjuangan
Dan bumi bangkit lagi bangkit kembali
Pertanda semua semakin berarti semakin bernilai
udara, langit dan mentari
suara, angin dan hati
Dan tangan-tangan dahsyat lagi keramat
penuh rahmat terkembag penuh rahmat
pada reranting serta daunan gugur
dipelukan bumi menggeliat subur
Duhai! Betapa kusuka, kusuka
yang tak abadi masih bersemi
demi cinta adalah pengurbanan diri
dalam percaya akan kebenaran setia
dan hati berseri gembira
gembira, bapa
jiwa terbasuh segar dan muda
disibuk semangat bernyala kerja
Dan angin pagipun balik kembali
mengusap ramah dada bumi
seperti kemarin, seperti kemarin
dalam harap hidup terjamin
Langganan:
Postingan (Atom)